A. PENDAHULUAN
Kelangsungan hidup organisme
didukung atau dipengaruhi oleh 3 peristiwa yaitu adaptasi, seleksi alam, dan
perkembangbiakan. Adaptasi merupakan penyesuaian makhluk hidup terhadap
lingkungan. Seleksi alam merupakan kemampuan alam untuk menyeleksi organisme
yang ada di dalamnya. Dengan beradaptasi makhluk hidup yang mampu bertahan akan
berlangsung hidupnya, sedangkan yang tidak mampu bertahan akan punah, dalam
peristiwa inilah alam akan berperan sebagai penyeleksi. Sedangkan
perkembangbiakan untuk melestarikan jenisnya sehingga kelangsungan hidupnya
akan tetap berlangsung.
B. ADAPTASI
Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Macam-macam Adaptasi
Ada banyak bentuk adaptif tubuh
makhluk hidup supaya dapat bertahan hidup, bentuk adaptif ini dapat berupa
struktur tubuh, warna tubuh, fungsi alat tubuh dan lain-lain, yang semuanya
bertujuan untuk membantu bertahan hidup. Walaupun ada banyak cara makhluk hidup
untuk beradaptasi tetapi secara garis besar adaptasi dibedakan menjadi 3 yaitu:
adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi dan adaptasi tingkah laku.
1. Adaptasi Morfologi
Adalah penyesuaian diri bentuk tubuh atau alat- alat tubuh sehingga sesuai
dengan lingkungannya.
Adaptasi morfologi ini mudah kita amati pada hewan ataupun pada tumbuhan.
Macam-macam adaptasi morfologi pada tumbuhan:
Tumbuhan ada yang hidup di darat, di air, di daerah kering dan daerah lembap,
karena tempat hidup yang berbeda-beda inilah maka tumbuhan mempunyai ciri- ciri
tertentu dalam rangka menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidupnya. Berikut
macam-macam cara adaptasi tumbuhan:
a. Adaptasi tumbuhan yang hidup di daerah kering (xerofit)
1) Daunnya tebal, sempit,kadang-kadang berubah bentuk menjadi bentuk
duri, sisik atau bahkan tidak mempunyai daun, dengan demikian maka penguapan
melalui daun menjadi sangat sedikit.
2) Seluruh permukaan tubuhnya termasuk bagian daun tertutup oleh lapisan
kutikula atau lapisan lilin yang berfungsi untuk mencegah terjadinya penguapan
air yang terlalu besar.
3) Batangnya tebal mempunyai jaringan spons untuk menyimpan air.
4) Akar panjang sehingga mempunyai jangkauan yang luas.
b. Adaptasi tumbuhan yang hidup di daerah lembap (higrofit)
Permukaan daun mempunyai banyak
mulut daun atau stomata sehingga dapat mempercepat proses
penguapan.Contoh tumbuhan higrofit: Tumbuhan Keladi.
c. Adaptasi tumbuhan yang
hidup di air (hidrofit)
Tumbuhan air yang terapung di atas air mempunyai
rongga antar sel yang berisi udara untuk memudahkan mengapung di air, daun
lebar dan tangkai daun menggembung berisi udara
Contoh: enceng gondok, kiambang
Tumbuhan air yang terendam di dalam
air, mempunyai dinding sel yang kuat dan tebal untuk mengurangi osmosis ke
dalam sel. Contoh : Hydrilla,Vallisneria
Tumbuhan yang sebagian tubuhnya di atas permukaan air dan
akarnya tertanam di dasar air, mempunyai rongga udara dalam batang atau tangkai
daun sehingga tidak tenggelam dalam air dan daun muncul ke permukaan air.
Contoh: teratai, kangkung.
Tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut, mempunyai perakaran yang lebat dan
kuat sehingga tidak roboh bila terkena ombak. Contoh: tumbuhan bakau.
Macam-macam adaptasi morfologi pada hewan:
a. Adaptasi morfologi pada
bentuk paruh dan kaki pada burung
Bentuk paruh dan kaki pada burung beraneka- ragam disesuaikan dengan jenis
makanan dan cara memperoleh makanan tersebut.
Burung pemakan biji mempunyai bentuk paruh berbeda dengan burung pemakan daging
atau burung pemakan serangga demikian pula kaki burung elang berbeda dengan
kaki bebek karena cara memperoleh makanannya juga berbeda.
1) Paruh burung elang, bentuknya runcing, agak panjang dengan ujung agak
membengkok sesuai dengan jenis makanannya yang berupa daging. Kaki pada burung
elang, ukurannya pendek, cakar sangat kuat untuk mencengkeram mangsa atau
daging.
2) Paruh bebek, pada pangkalnya terdapat bentuk seperti sisir, berguna
untuk menyaring makanan dari air dan lumpur dan kaki pada bebek berselaput di
antara ruas jarinya untuk berenang dan berjalan di tanah berlumpur.
3) Paruh burung pipit, bentuknya pendek tebal dan runcing sesuai dengan
jenis makanannya yaitu untuk memecah biji-bijian dan tiga kaki ke depan satu ke
belakang untuk berjalan dan hinggap.
4) Paruh burung pelatuk, runcing agak panjang untuk memahat kayu pohon
untuk menangkap dan memakan serangga di dalamnya. Kaki burung pelatuk mempunyai
dua jari ke depan dan dua jari ke belakang untuk memanjat.
b. Adaptasi morfologi pada
mulut serangga
Bentuk mulut serangga bermacam-macam disesuaikan dengan cara mengambil
makanannya.
1) Tipe mulut penggigit, mempunyai rahang atas dan rahang bawah yang kuat
untuk menggigit, misalnya: lipas, jengkerik, dan belalang.
2) Tipe mulut penghisap dan penjilat,memiliki bibir untuk menjilat,
misalnya: lebah madu dan lalat.
3) Tipe mulut penusuk dan penghisap, mempunyai rahang yang runcing dan
panjang untuk menusuk dan menghisap, misalnya: nyamuk.
4) Tipe mulut penghisap, mempunyai alat penghisap seperti belalai yang
panjang dan dapat digulung sehingga dapat menghisap madu yang terdapat jauh di
dasar bunga, misalnya kupu-kupu.
2. Adaptasi Fisiologi
Adalah cara penyesuaian diri fungsi alat-alat tubuh atau kerja alat-alat tubuh
terhadap lingkungannya. Adaptasi ini tidak mudah diamati seperti pada adaptasi
morfologi, karena menyangkut fungsi alat- alat tubuh dan proses kimia yang
terjadi di dalam tubuh.
Macam-macam adaptasi fisiologi:
a. Hewan ruminantia,
misalnya sapi, kambing, kerbau. Makanan hewan tersebut adalah rumput- rumputan,
di dalam saluran pencernaannya terdapat enzim selulase, enzim ini berfungsi
untuk mencerna selulose yang menyusun dinding sel tumbuhan, dengan enzim
selulase maka makanan menjadi lebih mudah dicerna.
b. Teredo navalis,
adalah mollusca yang biasa hidup pada kayu galangan kapal, kayu tiang-tiang
pelabuhan. Mollusca ini dapat merusak kayu karena makanannya berupa kayu. Di
dalam saluran pencernaan Teredo terdapat
enzim selulase untuk membantu menguraikan selulose yang ada pada kayu yang
menjadi makanannya.
c. Manusia yang biasa hidup
di dataran rendah Daerah pantai dan dataran rendah mempunyai kadar
oksigen lebih tinggi dari pada dataran tinggi. Bila manusia harus berpindah ke
dataran tinggi yang mempunyai kadar oksigen rendah. Bagaimana cara beradaptasi
agar tetap bertahan? Oksigen diperlukan tubuh untuk oksidasi makanan, di dalam
tubuh oksigen diikat oleh hemoglobin yang ada di dalam sel darah merah
(eritrosit), maka orang yang berpindah dari dataran rendah ke dataran tinggi
harus mampu menyesuaikan diri dengan memproduksi hemoglobin atau
eritrosit yang jumlahnya lebih banyak agar tetap dapat bertahan hidup.
d. Ikan yang hidup di air
laut, yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari tekanan
osmosis air laut. Agar ikan tidak mati kekeringan karena air di dalam sel tubuh
ikan akan tertarik oleh air laut maka ikan yang hidup di air laut banyak minum
dan sedikit mengeluarkan urine, dan urine yang dikeluarkan pun pekat.
Sedangkan kelebihan garam yang turut terminum akan dikeluarkan lagi ke
dalam air laut melalui insang secara aktif.
e. Ikan yang hidup di air
tawar, mempunyai tekanan osmosis lebih tinggi dari tekanan osmosis
air tawa r, keadaan demikian menyebabkan air akan masuk
secara osmosis ke dalam tubuh ikan. Supaya ikan tidak kelebihan air atau
kembung maka cara adaptasi dengan sedikit minum air dan banyak mengeluarkan
urine dan menggunakan insangnya secara aktif untuk mengikat garam yang terlarut
dalam air.
3. Adaptasi Tingkah Laku
Adalah cara penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkungannya dalam bentuk
tingkah laku.
Macam-macam adaptasi tingkah laku pada hewan:
a. Cicak melakukan ototomi yaitu memutuskan ekornya untuk mengelabuhi
musuhnya.
b. Mamalia yang hidup di air laut, misalnya lumba- lumba dan paus sering
muncul ke permukaan air untuk mengambil oksigen di udara, karena alat
pernapasannya berupa paru-paru yang tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut
dalam air.
c. Pada musim dingin banyak hewan berdarah panas membutuhkan energi
tambahan untuk menjaga suhu tubuhnya, tetapi makanan sangat langka untuk dapat
bertahan hidup maka beberapa hewan misalnya tikus, landak, beruang hitam dan
lain-lain melakukan hibernasi , yaitu tidur panjang pada musim dingin. Demikian
pula untuk hewan yang hidup di daerah gurun yang sangat panas pada musim
kemarau mempunyai perilaku tertentu yaitu melakukan estivasi yaitu tidur
panjang pada musim kemarau supaya dapat bertahan hidup di daerah gurun.
Misalnya: kadal, katak, keong, dan lain-lain.
d. Rayap merupakan hewan yang menghancurkan kayu. Bagaimana caranya rayap
menghancurkan kayu? Di dalam usus rayap terdapat hewan Protozoa, yaitu
Flagellata yang menghasilkan enzim selulase yang dapat membantu rayap mencerna
kayu. Secara periodik kulit rayap akan mengelupas, pada saat mengelupas, usus
bagian belakang yang ada Flagellatanya ikut terkelupas. Untuk
mendapatkan Flagellatanya kembali maka rayap memakan kembali kulitnya
yang mengelupas.
C. SELEKSI ALAM
Seleksi alam adalah kemampuan alam untuk menyaring terhadap semua organisme
yang hidup di dalamnya, dimana hanya organisme yang mampu menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya yang akan selamat, sedangkan yang tidak mampu
menyesuaikan diri akan mati atau punah.
1. Punahnya Spesies Tertentu
Karena adanya seleksi alam maka individu yang tidak mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan akan mati dan akhirnya punah. Berikut beberapa contoh
organisme yang hampir punah atau punah karena terseleksi oleh alam, yaitu:
a. Burung puyuh liar semakin
punah
Hal ini disebabkan lingkungan hidup burung puyuh di daerah bebatuan dan bidang
tanah yang bergumpal-gumpal semakin langka. Pada lingkungan seperti itulah
burung puyuh liar akan lebih sesuai, sehingga sulit ditangkap pemangsanya.
Karena lingkungan yang demikian sudah kian langka maka jumlah burung puyuh pun
menjadi langka juga.
b. Punahnya Dinosaurus kurang
lebih 65 juta tahun yang lalu secara bersamaan
Menurut pendapat para ahli, kepunahan Dinosaurus disebabkan karena
jatuhnya meteorit raksasa ke bumi, yang menghamburkan awan debu sehingga
menghalangi masuknya sinar matahari. Tanpa adanya sinar matahari maka tumbuhan
akan mati, demikian pula Dinosaurus pemakan tumbuhan yang kemudian diikuti
Dinosaurus pemakan daging.
2. Terbentuknya Spesies Baru
Setiap spesies selalu berusaha beradaptasi dengan lingkungan hidupnya. Adaptasi
ini berlangsung sedikit demi sedikit menuju ke arah yang semakin sesuai dengan
lingkungan hidupnya dan perubahan yang sedikit demi sedikit ini berlangsung
dalam waktu yang sangat lama dan diturunkan dari generasi ke generasi, sehingga
tidak mustahil kalau akhirnya dijumpai spesies yang menyimpang dari spesies
nenek moyangnya. Dengan demikian adanya seleksi alam dan adaptasi menyebabkan
terjadinya perubahan jenis makhluk hidup dari generasi ke generasi. Jika proses
tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, maka perubahan tersebut dapat
mengarah kepada terbentuknya spesies baru. Peristiwa ini disebut evolusi.
Evolusi adalah suatu proses perubahan makhluk hidup yang terjadi secara
perlahan-lahan dalam jangka waktu yang sangat lama sehingga menimbulkan spesies
baru.
Tokoh evolusi yang sangat terkenal adalah Charles Robert Darwin, Ia berpendapat
bahwa:
1. Spesies yang hidup sekarang, berasal dari species yang hidup dimasa
silam.
2. Evolusi terjadi karena seleksi alam.
Pendapat ini didukung pengamatannya macam-macam burung Finch yang hidup di
kepulauan Galapagos. Darwin menemukan kurang lebih 13 spesies burung Finch yang
hubungan kekerabatannya sangat dekat, perbedaan yang paling menyolok di antara
spesies-spesies itu adalah pada paruhnya, yang diadaptasi untuk jenis makanan
tertentu. Burung- burung ini mempunyai paruh yang bentuk dan ukurannya
berbeda-beda,tampaknya burung- burung ini ada hubungannya dengan burung di
Amerika Selatan. Menurut Darwin, bahwa nenek moyang burung Finch di kepulauan
Galapagos berasal dari Amerika Selatan. Oleh karena suatu hal burung-burung
Finch harus berpindah ke kepulauan Galapagos. Di kepulauan Galapagos burung
Finch tersebut berpencar dalam berbagai lingkungan yang berbeda- beda akibatnya
burung-burung tersebut harus menyesuaikan diri terhadap lingkungannya masing-
masing, adaptasi ini terjadi turun temurun dan akhirnya dihasilkan variasi
burung Finch yang banyak.
(a) Burung finch darat besar (Geospiza
magnirostris) memiliki paruh besar yang diadaptasikan untuk memecah
biji-bijian.
(b) Burung finch pohon yang berukuran kecil (Camarhynus parvulus) menggunakan paruhnya untuk memakan
serangga.
(c) Burung Finch pelatuk (Camarhynus
pallidus) menggunakan daun kaktus/ranting kecil sebagai alat untuk
menyelidiki kehadiran rayap dan serangga pelubang kayu lainnya.
|